KAPAN SEORANG PUBLIC RELATIONS DIPERLUKAN?
Foto : cosmopolitan.co.id
Sukses
suatu organisasi adalah sukses membangun relasi dengan seluruh komponen yang
terlibat dalam sebuah organisasi baik secara internal maupun eksternal. Dalam
institusi bisnis, ukuran kesuksesan salah satunya adalah sukses membangun
relasi dengan pelanggan yaitu dengan cara ‘mendengarkan’ suara pelanggan. Suara
pelanggan yang dikelola dengan baik dapat membangun dan membuat institusi
bisnis maju dan kian berkembang. Sebaliknya, suara pelanggan dapat pula
meruntuhkan bisnis seiring dengan jatuhnya reputasi. Karenanya, ‘mendengarkan’
suara pelanggan sangatlah penting dan tidak boleh diremehkan.
Mendengarkan
suara pelanggan menjadi sangat penting untuk mengetahui respon pelanggan pada
produk/jasa yang ditawarkan. Dalam ilmu
komunikasi, respons yang terjadi biasa disebut sebagai feedback (umpan balik) yang
nantinya menjadi bahan masukan (input) dan evaluasi dalam rangka menjaga
keberlangsungan organisasi ke depan. Feedback menurut
Effendy (1997) merupakan tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau
disampaikan kepada komunikator. Pelanggan yang kecewa terhadap produk/jasa yang
ditawarkan, akan menumpahkan kekecewaannya dengan berbagai cara dan berujung
pada kerugian perusahaan. Luapan kekecewaan yang disampaikan lewat media sosial
misalnya, bisa dengan sangat mudah dan cepat tersebar.
Disinilah peran humas
dalam sebuah organisasi berorientasi bisnis sangat diperlukan. Bagian penjualan
mungkin hanya berfokus pada penjualan produk yaitu bagaimana agar produk/jasa
yang ditawarkan laku terjual atau akan kembali dibeli (repeat order). Humas dalam sebuah organisasi bisnis akan melakukan
tugas komunikasi pemasaran yaitu membangun komunikasi dengan pelanggan bersama
dengan bagian pemasaran atau penjualan. Seperti yang disampaikan Kotler dan Keller (2009) bahwa dalam sebuah
organisasi atau perusahaan, komunikasi pemasaran memiliki peranan memberikan
informasi, membujuk, mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak
langsung tentang produk dan merek yang dijual. Humas harus terus-menerus
mensosialisasikan produk, menggelar kegiatan-kegiatan untuk menjadi makin
‘dekat’ dengan pelanggan misalnya gathering sehingga produk akan terus diingat
oleh pelanggan.
Tugas utama humas
adalah menjaga citra atau nama baik perusahaan. Nama baik perusahaan atau
organisasi yang berorientasi pada bisnis biasanya terletak pada kualitas
produk/jasa yang ditawarkan. Bila terjadi kasus terkait dengan kualitas produk
misalnya cacat produk atau produk mengandung bahan berbahaya misalnya, maka
menjadi tugas humas untuk memulihkan nama baik perusahaan. Humas akan melakukan
pendekatan persuasif kepada publik dan pemangku kepentingan untuk memulihkan
nama baik perusahaan yang diwakilinya. Yang dilakukan oleh humas pada kasus
produk susu yang terkena isu kandungan babi misalnya, adalah dengan segera
melakukan klarifikasi di media kepada publik terkait dengan kebenaran isu dan
kandungan produk, merancang dan melaksanakan program CSR (Corporate Social Responsibility) dan melakukan kampanye minum susu
yang diikuti oleh kaum ulama sehingga menghilangkan keraguan publik atau
meningkatkan kepercayaan pada produk tersebut.
Selain
dalam institusi bisnis, humas juga sangat diperlukan dalam organisasi
pemerintah (birokrasi). Bagi organisasi pemerintah, pelayanan kepada publik
menjadi faktor yang perlu dicermati. Birokrat harus memperhatikan pelayanan
kepada masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
Birokrat juga memerlukan feedback
dari masyarakat untuk meningkatkan pelayanan. Adanya feedback ini juga menandakan bahwa komunikasi telah
berlangsung secara proporsional, terjalin komunikasi dua arah atau timbal-balik
sehingga persoalan-persoalan yang dihadapi publik atau konsumen/pengguna jasa
dapat diketahui untuk kemudian perlu disampaikan penjelasan sehingga pada
akhirnya terjadi pemahaman atau pengertian bersama (common understanding).
Lambat
dan lamanya pelayanan kerap dikeluhkan oleh masyarakat dan ini menjadi tugas
humas untuk menyampaikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat
tentang tata cara dan prosedur pelayanan meliputi tahap-tahap pelayanan yang
memang harus dilewati oleh masyarakat yang mengajukan suatu permohonan. Seluruh
rangkaian tahapan pelayanan memerlukan waktu dalam rangka ketelitian dan
verifikasi kelengkapan dokumen sehingga masyarakat diminta untuk sabar dan
mengikuti seluruh proses sesuai prosedur. Humas harus mampu mengkomunikasikan
kondisi ini agar masyarakat mengerti dan memahami sehingga kegiatan pelayanan
dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan penyampaian informasi ini dapat
dilakukan melalui sosialisasi langsung atau melalui materi-materi informasi
seperti spanduk atau brosur.
Keberadaan humas adalah
sebagai jembatan atau penghubung antara organisasinya dengan publik (fungsi
eksternal) dan dan bertugas menjaga harmonisasi (fungsi internal) sehingga
sistem dan mekanisme kerja menjadi kondusif demi mencapai tujuan organisasi. Peran
dan fungsi humas kian berkembang dan makin diperlukan seiring dengan
perkembangan dan tuntutan jaman serta kemajuan teknologi. Dulu, sebelum
teknologi berkembang seperti sekarang, humas sering disebut sebagai juru
penerang di organisasi pemerintah, humas hanya bertugas menggunting dan
menempel berita atau yang disebut dengan kliping berita. Selain itu, humas juga
disebut sebagai juru foto karena humas bertugas untuk mendokumentasikan seluruh
kegiatan organisasi. Humas hanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jurnalis
yang meliput ke sebuah organisasi.
Saat ini, apalagi
dengan adanya media sosial, tugas humas makin bertambah. Kalau dulu, humas
hanya mengumpulkan dan mendokumentasikan berita di media massa, saat ini humas
harus mampu mendokumentasikan informasi dan menyampaikan informasi
organisasinya kepada publik secara langsung. Dulu, humas akan ‘menganggur’ atau
tidak ada kerjaan bila tidak ada berita di media yang harus di-kliping.
Sekarang, setiap organisasi memiliki akun resmi di media sosial. Menjadi tugas
humas untuk menyampaikan informasi, meng-upload dan membagikan informasi
tersebut di media sosial setiap saat. Humas harus mampu mengemas sebuah isu
atau menyampaikan kebijakan organisasi terbaru menjadi informasi yang menarik bagi
publik. Humas saat ini dituntut untuk menguasai teknologi karena nyaris semua
bentuk komunikasi organisasi dengan publik dilakukan dengan menggunakan
teknologi.
Di sisi lain, perkembangan bisnis
yang sangat pesat akibat tuntutan teknologi tersebut diikuti pula dengan
semakin kompleksnya risiko bisnis. Semakin pesat perkembangan sebuah bisnis
maka semakin tinggi pula risiko bisnis. Risiko sering diartikan sebagai
kejadian yang tidak menyenangkan, menyebabkan kerugian karenanya harus
dihindarkan. Dalam jangka panjang, risiko yang dibiarkan akan menyebabkan
krisis reputasi yang dapat menyebabkan turunnya nama baik perusahaan di mata
publiknya.
Meningkatnya risiko bisnis akan
meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Good
corporate governance
tidak hanya tentang kepatuhan dan kesesuaian perilaku dengan tata kelola yang
terbaik, tetapi juga tentang hubungan dan komunikasi yang baik antara para
direksi dengan tim manajemennya. Komunikasi
dapat membantu penanganan risiko dengan lebih efektif yaitu membantu
mencegah berkembangnya krisis menjadi lebih besar, membantu pengambilan keputusan yang lebih baik dalam menangani
risiko, membantu untuk menjamin kelancaran implementasi kebijakan
penanganan risiko, membantu untuk memberdayakan dan meyakinkan publik,
dan membantu untuk
membangun kepercayaan publik.
Komunikasi risiko
adalah pertukaran informasi dan pandangan mengenai risiko dan faktor-faktor
yang berkaita dengan risiko diantara pengkaji risiko, manajer risiko, konsumen,
dan berbagai pihak yang berkepentingan. Komunikasi risiko akan memberikan
informasi yang relevan dan akurat dalam istilah yang jelas dan mudah dipahami
kepada audiens tertentu (FAO, Food and Nutrition Paper, No. 70). Komunikasi
risiko adalah pertukaran informasi dan opini secara timbal balik dalam
pelaksanaan manajemen risiko. Komunikasi risiko merupakan komunikasi dua arah,
interaktif dan proses jangka panjang secara bersama masyarakat dan komunikator
melalui dialog. Humas diperlukan oleh organisasi
ketika krisis terjadi bahkan sebelum krisis terjadi untuk meminimalkan risiko
dan ketika perusahaan melakukan promosi.
Humas berperan penting
dalam penyelenggaraan bisnis terutama dalam membina hubungan baik dengan
publik. Hubungan baik dengan publik perlu dilakukan secara terus-menerus untuk
memperoleh dukungan publik pada organisasi dan meningkatkan citra organisasi di
mata publik. Membina hubungan baik dengan publik adalah sejalan dengan fungsi utama
public relations yaitu menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga/organisasi
dengan publiknya, intern maupun ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian,
menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim
pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga/organisasi (Rakhmadi, 1992).
Banyak
sekali definisi tentang PR salah satunya adalah menurut British Institute of
Public Relations (BIPR) yang menyebut PR sebagai keseluruhan upaya yang
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik (good-will) dan
saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. PR adalah
semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar,
antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian (Jefkins,2003).
Keberadaan humas dalam sebuah organisasi adalah sangat penting untuk
keberlangsungan organisasi karena humas bukan hanya memikirkan tentang
kehidupan organisasi saat ini tapi juga kehidupan organisasi di masa depan.
Manajemen harus memposisikan humas sebagai garda terdepan, memberikan akses
langsung kepada humas untuk berkomunikasi langsung dengan pimpinan tertinggi
dan bukan membatasi ruang gerak humas dengan hanya memberikan pekerjaan seputar
dokumentasi saja yang malah akan mengecilkan arti dan keberadaan organisasi itu
sendiri. Sebaiknya, humas juga harus berbenah diri untuk meningkatkan kualitas
profesinya sehingga mampu memunjukkan eksistensi ditengah persaingan usaha yang
kian ketat seperti saat ini. (Camelia Ariestanty/www.cameliaaries.com)
Daftar
Pustaka
Jefkins., Frank., 2003. Public Relation. Jakarta: Erlangga.
Effendy., Onong
Uchjana., 1997. Ilmu Komunikasi:
Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
F. Rachmadi., 1992. Public Relations dalam Teori dan Praktek.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kotler., Philip., dan Keller.,
Kevin Lane., 2009. Manajemen Pemasaran.
Jakarta : Erlangga.
PENTING :
Ini adalah tulisan asli penulis.Mencantumkan link dan identitas penulis diharuskan pada setiap aktivitas copy paste. Menulislah dengan santun dan kami akan menghargai Anda.



Comments
Post a Comment